Pengantar Blog


Semoga keberadaan Blog ini membawa manfaat, dan mendapat ridha Allah Ta'ala, amin.

Perawatan Janazah

1.      Kita Semua Pasti Mati
Allah mengingatkan manusia bahwa setiap yang bernyawa/ berjiwa  pasti akan mati,  paling tidak ada tiga tempat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan hal ini,  yaitu dalam Al-Qur’an S. Al-Ankabut : 57,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati, kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.”
Selanjutnya dalam Al-Qur’an S. Al-Anbiya’ : 35,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالخَيرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami kamu dikembalikan.”
Dan juga dalam Al-Qur’an S. Ali Imron : 185,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati, dan hanya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.  Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia telah sukses.  Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.”

2.      Hendaklah Kita Mati Dalam Keadaan Muslim
Karena setiap orang pasti mati, maka bukan mati itu sendiri yang menjadi masalah.  Tetapi yang menjadi masalah adalah mati seperti apa yang akan kita temui nanti, apakah mati dalam keadaan beribadah kepada Allah atau mati ketika berbuat maksiat.  Oleh karenanya hendaknya setiap orang berjuang agar di penghujung hidupnya, dalam keadaan Islam atau berserah diri hanya kepada Allah.
Allah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an S. Ali Imron: 102,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”

3.       Hak Sesama Muslim
Hak sesama Muslim ada 5 (lima)  perkara  yang harus ditunaikan,  termasuk mengiringi janazah saudaranya yang meninggal dunia.  Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah,  Rasulullah J bersabda :
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خمْسٌ رَدُّ السَّلاَمِ ، وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ، وَاتِّبَاعُ الجَنَائِزِ ، وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ ، وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ
“Hak orang Islam atas orang Islam yang lain ada lima : 1. Menjawab Salam,  2. Mengunjungi orang sakit,  3. Mengiring Jenazah, 4. Mendatangi undangan, 5. Mendo’akan orang bersin. (Muttafaq alaih).

4.      Bimbingan Untuk Kematian
Orang yang sakit (yang mendekati ajalnya)  hendaknya ditalqinkan dengan kalimah:  لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ (Laa ilaaha illallah).  Sebagaimana hadits dari Abu Said dan Abu Hurairah,  Rasulullah J bersabda :
لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ   لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ
“Ajarkanlah orang yang hampir meninggal dunia di antara kalian dengan  Laa ilaaha illallah.“  (HR Muslim dan Imam empat).

Selanjutnya hadits dari Muadz bin Jabal mengatakan,  Rasulullah J bersabda :
مَنْ كَان آخِرُ كَلامِهِ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ دَخَلَ الجَنَّةَ.
“Barangsiapa yang akhir perkataannya  Laa ilaaha illallah  (tidak ada tuhan selain Allah),  maka ia akan masuk surga.“  (HR Abu Daud). 

5.      Adab Ketika Terjadi Musibah Kematian
a.     Ucapkanlah istirja’ pada saat musibah itu datang :
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْن, اَللَّهُمَّ أْجُرْنى فى مُصِيْبَتى وَأَخْلِفْ لى خَيرًا مِنْهَا  
“Sesungguhnya kami milik Allah,  dan kepada-Nya kami akan kembali.  Ya Allah,  berilah pahala kepadaku dalam musibahku ini dan gantilah untukku dengan pengganti yang lebih baik (dari musibahku).”  (HR Muslim).

b.     Selanjutnya bagi anggota keluarga yang ditinggalkan (istri/ suami, anak, orangtua, saudara) berdoalah sesuai dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah J :
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لي وَلَهُ, وَأَعْقِبْني مِنْهُ عُقْبى حَسَنَة
“Ya Allah,  ampunilah aku dan dia,  dan berilah aku penggantinya dengan pengganti yang baik.”  (HR Tirmidzi).

c.     Pejamkanlah matanya (kalau mata mayit masih terbuka),  katupkan mulutnya (kalau belum tertutup),  luruskan badan dan kakinya,  serta sedekapkan kedua tangannya di atas dadanya (tangan kanan di atas tangan kiri).  Dan bagi para peziarah, berdoalah untuk orang yang meninggal,  misalnya dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah J :
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِ . . . ., وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ في الْمَهْدِيِّينَ, وَاخْلُفْهُ في عَقِبِهِ في الْغَابِرِينَ. وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. وَافْسَحْ لَهُ في قَبرِهِ, وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ.
”Ya Allah,  ampunilah  ........ (nama si mayit),  angkatlah derajatnya setinggi derajat orang-orang yang mendapat petunjuk,  berikanlah penggantinya sepeninggalnya,  ampunilah kami dan dia wahai Tuhan seru semesta alam,  lapangkanlah kuburannya,  dan terangilah di dalamnya.“  (HR Muslim).

d.     Selubungilah janazah dengan kain yang baik,  yang menutupi seluruh tubuhnya.

e.     Boleh mencium janazah,  sebagaimana hadits dari Aisyah mengatakan :
أَنَّ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ  قَبَّلَ النَّبيَّ J بَعْدَ مَوْتِهِ
“Bahwasanya Abu Bakar mencium Nabi ketika wafatnya.“  (HR Bukhari).  

f.      Hendaknya setiap orang sabar dalam menghadapi musibah,  dan seharusnya kesabaran itu sejak awal musibah.

g.     Dilarang meratapi janazah  (Niyahah),  kecuali sekedar menangis ringan sebagai ungkapan rasa kasih sayang.

h.     Segerakan perawatan janazahnya.  Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah,  Rasulullah J bersabda :
أَسْرِعُوا بِالجَنَازَةِ, فَإِنْ تَكُ صَالحَةً فَخَيرٌ تُقَدِّمُونهَا إِلَيْهِ, وَإِنْ تَكُ سِوَى ذَلِكَ فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ
“Percepatlah pengurusan jenazah. Kalau jenazah itu baik, kamu telah mendekatkannya (menyegerakannya) kepada yang baik, dan kalau dia tidak demikian, maka kamu akan melepaskan yang jelek itu dari bahumu”. (Muttafaq alaih). 

i.       Sebarkanlah kabar kematiannya kepada para kerabat dan teman-temannya.

j.       Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera bila berhutang,  penuhilah wasiatnya selama tidak lebih dari 1/3 (sepertiga)  dari harta waris,  dan bagilah harta waris kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan waris (Al-Faraid),  yaitu setelah dikurangi dengan biaya pengurusan janazahnya,  membayar hutangnya dan memenuhi wasiatnya.

6.      Memandikan Janazah
a.     Angkat dan letakkan janazah di tempat yang telah disiapkan dan diusahakan posisi kepala di sebelah kanan arah kiblat.
b.     Tempat pemandian janazah dibuat sedemikian agar posisi kepala lebih tinggi,  sehingga kotoran dan air akan mudah mengalir dan tidak terhenti.
c.     Awali memandikan janazah dengan membaca basmalah  dan niat ikhlas karena Allah.
d.     Gunakan sarung tangan atau waslap dalam membasuh.
e.     Mulailah dari anggota badan yang kanan dan anggota wudhu dari janazah.
f.      Mandikanlah janazah dengan bilangan gasal : tiga kali, lima kali,  atau lebih dari itu,  kali yang terakhir dengan air bercampur kapur barus.
g.     Janazah wanita rambutnya dipintal dengan tiga pintalan (bila memungkinkan).
h.     Keringkan janazah setelah selesai dimandikan dengan handuk kering,  dan kain basahan yang digunakan ketika memandikan diganti dengan kain kering, untuk selanjutnya dikafani.
i.       Yang paling berhak memandikan janazah adalah anggota keluarganya,  dengan catatan janazah pria dimandikan oleh pria, dan janazah wanita dimandikan oleh wanita,  atau oleh suami/ istrinya.
Hadits dari Aisyah mengatakan,  bahwa Nabi b bersabda kepadanya :
لَوْ مُتِّ قَبْلِي فَغَسَّلْتُكِ
“Seandainya engkau (Aisyah) meninggal sebelumku, maka aku yang akan memandikanmu.“  (HR Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hiban). 
j.       Tutupilah segala aibnya.
k.     Janazah yang mati syahid berperang di jalan Allah,  tidak dimandikan.
l.       Bagi yang memandikan janazah,  disunnahkan mandi setelah memandikannya.   Sedangkan bagi yang membawa janazah setelah dimandikan,  cukup berwudhu saja.

7.     Mengkafani Janazah
a.     Kafanilah janazah dengan kain yang baik dan berwarna putih yang menutupi seluruh tubuhnya.
b.     Janazah pria dibungkus dengan 3 (tiga) helai kain kafan,  masing-masing berukuran sama,  panjangnya disesuaikan dengan tinggi badan janazah  (tinggi badan ditambah  ± 60cm),  sedangkan lebarnya adalah selebar ukuran kain.
Kain pertama dibeber tepat di tengah,  kain kedua dibeber di atas kain pertama agak ke kanan,  dan kain ketiga dibeber di atas kain pertama dan kedua agak ke kiri.
Janazah diletakkan di atas ketiga helai kain kafan yang sudah dihampar tersebut  (saat ini janazah masih ditutup dengan kain kering).
Balur janazah dengan minyak wangi atau wewangian yang lain.
Kain kafan paling atas (kain ketiga) dililitkan terlebih dahulu ke badan janazah,  bersamaan dengan itu kain penutup mulai dicabut.  Dilanjutkan dengan kain kafan kedua dan kain kafan pertama.
c.     Janazah wanita dibungkus dengan 5 (lima) helai kain kafan,  yaitu :  dua helai kain sebagai kain kafan pembungkus,  satu helai kain sebagai kain kafan baju kurung  (dilubangi untuk kepala),  satu helai kain sebagai kain kafan sarung,  dan satu helai kain sebagai kerudung.
Dua helai kain kafan pembungkus dibeber terlebih dahulu dengan posisi tidak menumpuk tetapi masih overlapping,  berikutnya kain kafan kerudung dibeber (posisi di kepala janazah),  kain kafan baju kurung dibeber di atasnya (posisi lubang tepat  di posisi leher janazah),  kain kafan sarung dibeber di atas kain kafan baju kurung  (posisi badan bagian bawah).
Janazah diletakkan di atas kelima helai kain kafan yang sudah dihampar tersebut  (janazah masih ditutup dengan kain kering).
Balur janazah dengan minyak wangi atau wewangian yang lain.
Sarungkan kain kafan sarung ke tubuh janazah bagian bawah badan, selanjutnya pakaikan kain kafan baju kurung, lalu pakaikan kain kafan kerudung dan terakhir bungkus dengan dua helai kain kafan pembungkus.
d.     Orang yang meninggal dunia ketika sedang ihram,  maka tidak boleh diberi wewangian dan tidak boleh ditutup kepalanya,  dan kedua kain ihramnya dijadikan sebagai kafannya.
e.     Janazah yang mati syahid berperang di jalan Allah,  kafannya adalah pakaian yang melekat di badannya.

8.     Shalat Janazah
a.     Posisi Janazah ketika dishalatkan diletakkan di depan jamaah dengan posisi membujur,  kepala di sebelah kanan arah kiblat.
b.     Posisi Imam untuk janazah pria,  berdiri di depan kepala janazah,  sedangkan untuk janazah wanita,  posisi Imam berdiri di depan lambung janazah.  
c.     Sholat janazah dilaksanakan secara berjamaah dengan jumlah shof adalah 3 (tiga) shof,  atau jumlah shof dengan bilangan gasal lainnya.
d.     Sholat janazah dapat dilakukan di rumah atau di masjid.   Dan apabila terlambat,  dapat melakukan sholat janazah di kuburnya.
e.     Syarat sholat janazah adalah sebagaimana syarat sholat biasa,  yaitu suci dari hadats dan najis,  menutup aurat, menghadap kiblat,  dan syarat lainnya.
f.      Janganlah sholat janazah pada saat terbit matahari kecuali setelah matahari naik,  pada waktu tengah-tengah hari kecuali setelah tergelincir,  dan pada saat matahari hampir terbenam kecuali setelah terbenamnya.
Hadits dari Uqbah bin Amir mengatakan :
ثَلاثُ سَاعَاتٍ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ J يَنْهَانَا أَنْ نُصَلِّيَ فِيهِنَّ، أَوْ نَقْبرَ فِيهِنَّ مَوْتَانًا: حِينَ تَطْلُعُ الشَّمْسُ بَازِغَةً حَتى تَرْتَفِعَ، وَحِينَ يَقُومُ قَائِمُ الظَّهِيرَةِ حَتى تمِيلَ، وَحِينَ تَضَيَّفُ الشَّمْسُ لِلْغُرُوبِ حَتى تَغْرُبَ.
“Ada tiga waktu kami dilarang oleh Rasulullah J menggunakannya untuk sholat janazah atau mengubur janazah,  yaitu :  saat matahari baru terbit hingga naik,  saat matahari di tengah-tengah hingga tergelincir,  dan saat matahari sedang terbenam hingga benar-benar terbenam.“  (HR Muslim, Abu Daud).  
g.     Niat yang ikhlas karena Allah ketika shalat janazah.  Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah Rasulullah J bersabda :
إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى الْمَيِّتِ فَأَخْلِصُوا لَهُ الدُّعَاءَ
“Jika kamu sholat untuk mayit,  maka berdoalah dengan ikhlas untuknya.“  (HR Abu Daud dan dishahihkan Ibnu Hibban). 

h.     Rasulullah J tidak berkenan menyolatkan janazah orang yang mati bunuh diri.
i.       Hampir seluruh Ulama’ sepakat bahwa Sholat Janazah dilakukan sebanyak 4 (empat) takbir  tanpa ruku’ dan sujud.
j.       Namun tidak ada kesepakatan terhadap apa-apa yang dibaca pada setiap takbir yang empat tersebut.  Maka ada yang berpendapat bahwa setelah takbir pertama membaca Al-Fatihah dan sholawat,  baru pada takbir-takbir yang lain berdoa.  Ada juga yang berpendapat setelah takbir pertama hanya membaca Al-Fatihah, sedangkan sholawat dibaca setelah takbir kedua,  dan pada takbir-takbir yang lain berdoa.
k.     Doa dalam shalat janazah (1) :
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ, وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ, وَاعْفُ عَنْهُ, وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ, وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ, وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبرَدِ, وَنَقِّهِ مِنَ الخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ, وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيرًا مِنْ دَارِهِ, وَأَهْلا خَيرًا مِنْ أَهْلِهِ, وَأَدْخِلْهُ الجَنَّةَ, وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبرِ وَعَذَابَ النَّارِ
“Ya Allah,  berilah ampunan kepadanya, berikanlah rahmat, selamatkanlah dia dan maafkanlah,  tempatkanlah di tempat yang mulia,  luaskanlah kuburnya,  mandikanlah dia dengan air, salju dan embun,  bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan pakaian yang putih dari kotoran,  bangunkanlah rumah baginya yang lebih baik dari rumahnya  (di dunia),  keluarga yang labih baik dari keluarganya (di dunia),  pasangan yang lebih baik dari pasangannya (di dunia),  jauhkanlah dia dari fitnah kubur dan adzab neraka.“
l.       Doa salat janazah (2) :
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لحَيِّنَا, وَمَيِّتِنَا, وَشَاهِدِنَا, وَغَائِبِنَا, وَصَغِيرِنَا, وَكَبِيرِنَا, وَذَكَرِنَا, وَأُنْثَانَا, اَللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الإِسْلامِ, وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الإِيمَانِ, اَللَّهُمَّ لا تحْرِمْنَا أَجْرَهُ, وَلا تُضِلَّنَا بَعْدَهُ
“Ya Allah, ampunilah kepada orang yang masih hidup di antara kami dan yang sudah mati,  yang hadir dan yang tidak hadir, yang muda dan yang tua,  laki-laki maupun perempuan,   ya Allah,  orang yang Engkau hidupkan di antara kami,  hidupkanlah dalam Islam,  dan orang yang Engkau matikan  matikanlah dalam iman. Ya Allah,  janganlah Engkau halangi kami dari pahalanya,  dan jangan Engkau sesatkan kami sesudah kepergiannya.”    (HR Muslim dan empat Imam). 
m.   Doa salat janazah (untuk janazah anak-anak) :
اللَّهُمَّ اجْعَـلْهُ لَنَا سَلَفاً وَفَرَطاً وَاَجْرًا
“Ya Allah,  jadikanlah dia pendahulu (penjemput)  kami,  tabungan kami,  dan pahala bagi kami.”

9.     Mengubur Janazah
a.     Galilah lubang kuburan secara baik dan dalam,  serta luasnya disesuaikan dengan besar kecilnya janazah.   Satu liang kubur dapat  untuk mengubur satu, dua atau tiga orang,  dan yang dimasukkan terlebih dahulu ke liang kubur adalah yang paling banyak hafalan Al-Qur’annya.
b.     Persiapkan keranda (untuk mengusung janazah) dan batu nisan.
c.     Jangan mengubur janazah pada saat matahari terbit kecuali sesudah naik,  pada saat matahari tepat di atas kepala kecuali sudah tergelincir, dan pada saat matahari hampir terbenam kecuali sesudah terbenam.
d.     Janganlah mengubur janazah pada malam hari,  kecuali dalam keadaan terpaksa (darurat).
e.     Bawalah janazah ke pekuburan dengan cepat/ segera.
f.      Iringilah janazah dengan berjalan kaki di dekatnya/ di sekelilingnya,  di depannya atau di belakangnya,  dengan tenang/ diam (tidak hiruk pikuk).  Dan bagi yang berkendaraan,  berkendaraan di belakangnya.
g.     Janganlah wanita ikut mengiringi janazah.
h.     Apabila mengiringi janazah,  janganlah duduk hingga janazah diletakkan.
i.       Apabila memasuki area pekuburan bacalah salam untuk ahli kubur :
السَّلامُ عَلَيْكُمْ، أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ المؤْمِنِين وَالمسْلِمِين، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لاحِقُوْن. نَسْأَلُ اللَّهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَة
“Semoga kesejahteraan untukmu wahai ahli kubur dari orang-orang mukmin dan muslim,  sesungguhnya kami insya Allah akan menyusulmu,  kami memohon kepada Allah keselamatan untuk kami dan untukmu.” (HR Muslim).
j.         Janganlah berjalan di antara kuburan dengan beralaskan kaki (menggunakan terumpah).
k.       Apabila sudah sampai di kuburan sementara kubur belum selesai digali,  duduklah menghadap kiblat, tetapi tidak duduk di atas kuburan.
l.       Keranda diletakkan membujur dengan posisi kepala di sebelah kanan arah kiblat.
m.   Keranda dibuka dan jenazah diangkat,  pada saat yang bersamaan keranda ditarik dari arah kaki.
n.     Masukkan janazah ke dalam kubur dari arah kaki.
o.     Yang diperkenankan turun ke dalam kuburan adalah pria yang tidak berkumpul dengan istrinya pada malam harinya.
p.     Jumlah orang yang turun ke liang lahat adalah empat  orang,  dan yang lebih berhak meletakkan janazah dalam kubur adalah keluarganya.
q.     Bacalah ketika meletakkannya dalam kubur dengan bacaan :
بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ  J
“Dengan asma Allah dan atas nama agama Rasulullah J.“  (HR Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i). 
r.      Untuk janazah wanita,   pada saat penguburan agar dibentangkan kain atau sejenisnya di atas kuburannya.
s.     Letakkan janazah menghadap kiblat.
t.      Janganlah meninggikan kubur lebih dari sejengkal.
u.     Buatlah tanda di atas kuburan berupa batu (nisan), tepat berada di atas kepala.
v.     Janganlah mengkapuri kuburan,  serta duduk dan membuat bangunan di atasnya.  
w.   Apabila sudah selesai proses penguburan,  do’akanlah dan mintakan ampun bagi janazah dan mohonkan keteguhan untuknya kepada Allah.  Sebagaimana hadits dari Utsman  bin Affan mengatakan,  bahwa Rasulullah  apabila selesai menguburkan mayit,  beliau berdiri di atasnya sambil bersabda :
اِسْتَغْفِرُوا لأَخِيكُمْ وَسَلُوا لَهُ التَّثْبِيتَ, فَإِنَّهُ الآنَ يُسْأَلُ
“Mintakanlah ampun untuk saudaramu, dan mohonkanlah keteguhan hati kepada Allah untuknya,  karena sesungguhnya dia saat ini sedang ditanya  (diminta pertanggungjawaban).“  (HR Abu Daud). 

10. Adab Ta’ziyah
a.     Ta’ziyah berarti turut berbelasungkawa kepada orang yang terkena musibah kematian anggota keluarganya.
b.     Apabila berta’ziyah (menengok orang sakit atau orang meninggal dunia),  hendaknya mengucapkan kata-kata yang baik.
c.     Lawatlah keluarga janazah dan ajarilah untuk bersabar.
d.    Janganlah mencaci maki orang yang sudah mati.
e.    Jangan meratapi janazah  (niyahah),  kecuali sekedar menangis ringan sebagai ungkapan rasa kasih sayang,  jangan pula menampar pipi, dan merobek pakaian.
f.      Buatkanlah makanan bagi keluarga janazah, karena demikianlah yang diperintahkan Rasulullah J,  mengingat kematian merupakan hal yang sangat merepotkan bagi keluarga janazah.  
g.    Janganlah berkumpul di tempat keluarga janazah sesudah dikuburkannya,  hingga keluarga janazah membuatkan makanan bagimu,  atau malah merepotkan keluarga janazah.   Kecuali tamu jauh yang harus menginap di rumah keluarga janazah.